Selasa, 02 Juni 2015

Kemiskinan seringkali jadi kambing hitam di balik banyaknya orang yang putus sekolah atau tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Tapi faktanya, banyak orang miskin yang mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang tertinggi.

Pendidikan itu bukan persoalan kaya atau miskin. Pendidikan adalah soal kesadaran.

Putus sekolah itu kalau lihat statistik (mayoritas alasannya) karena kemiskinan. Tapi, ada orang miskin yang mendorong anaknya sekolah sampai ujungnya berhasil.

Dari sekian banyak contoh, banyak kisah inspiratif keluarga miskin yang mampu membiayai anaknya hingga sarjana atau lebih. Sementara sebaliknya, banyak anak yang lahir dari keluarga mampu atau bahkan kaya, tapi yang bersangkutan putus sekolah dengan berbagai alasan.

"Jadi bukan kemiskinan, tapi kesadaran akan pentingnya pendidikan,".

Setelah melihat berbagai fakta yang ada, bahwa miskin atau kaya, urusan pendidikan bisa dicari jalan keluarnya. "Jadi, kaya atau miskin biarkan berikhtiar dengan berbagai cara,".

Sabtu, 30 Mei 2015

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi memprioritaskan tenaga guru yang mengajar di wilayah pedalaman, perbatasan, pulau terluar, dan daerah terpencil untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil. "Jadi guru, melalui kepala daerah akan diproses bagi mereka yang mengajar di daerah terpencil, pedalaman, pulau terdepan akan menjadi prioritas untuk diangkat jadi pegawai pemerintah," kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Jumat (29/5).

Kendati menjadi prioritas, Yuddy mengatakan tidak ada pengangkatan ototmatis, mereka tetap harus melalui proses seleksi dengan menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT) yang dianggap paling tepat dan objektif. Meskipun ditengah kebijakan penundaan atau 'moratorium' penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan menggunakan pendekatan 'negative zero to growth' yang artinya tidak ada penambahan pegawai pemerintah melampaui jumlah yang pensiun, Yuddy mengatakan presiden menginstruksikan ada pengecualian.

"Meski kebijakan moratorium, itu ada kecuali yaitu profesi guru, bidang medis dan penegak hukum, namun juga akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing kabupaten dan kota," ucapnya.

Yuddy juga menjelaskan latar belakang dijalankannya kebijkakan moratorium adalah keterbataaan anggaran negara yang mencapai 41 persen hanya untuk pegawai yang juga memerlukan biaya moda dan belanja barang, sehingga totalnya semua diatas 80 persen. "Sedangkan kegiatan lainnya untuk pembangunan, pendidikan dan program lainnya hanya 20 persen. Karenanya pemerintah harus hemat, tidak boleh terus tambah pegawai tanpa kendali, harus ada desainnya sehingga kedepannya betul-betul kita memiliki ASN yang baik sesuai kebutuhan," katanya menambahkan.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengatakan guru yang mengabdi di daerah perbatasan Indonesia seharusnya wajib mendapat insentif tambahan untuk memenuhi kebutuhan.

"Mengajar juga butuh kesejahteraan, apalagi mengabdi di daerah perbatasan, maka sebaiknya perlu tunjangan tambahan bagi guru," kata Nizam usai mengisi seminar National Educators Conference 2015 di Jakarta, Jumat (29/5).

Ia mengatakan, insentif tambahan tersebut dapat berupa bantuan pengkreditan rumah atau peminjaman uang untuk membeli sarana transportasi yang nantinya bisa dicicil secara ringan.

"Profesi guru memang harus dimuliakan karena mereka akan mencetak anak-anak Indonesia yang meningkatkan daya saing bangsa," tuturnya.

Selain itu, ia juga menyarankan, guna meningkatkan kesejahteraan guru bisa saja diberi diskon khusus apabila membeli perlengkapan belajar-mengajar.

"Bisa saja berupa diskon khusus bagi guru apabila ingin membeli komputer atau laptop, buku atau tarif transportasi," kata Nizam.

Saran tersebut berdasarkan contoh dari negara lain yang memberi kesejahteraan bagi guru sehingga profesi tersebut sangat dihormati.

"Ada contoh di Korea Selatan yang profesi guru memang dihormati karena hanya sekitar 5 persen dari lulusan terbaik yang diperbolehkan menjadi guru," katanya.

"Kemudian saya analogikan, jika di Thailand biksu selalu mendapat tempat khusus jika dalam transportasi bisa saja suatu saat hal tersebut berlaku pada guru," tuturnya.

Tindakan-tindakan tersebut adalah upaya dalam mempopulerkan profesi guru, karena masyarakat yang berpotensi menjadi pengajar rata-rata memilih profesi yang bergaji besar, yaitu bidang nonakademis.

Sehingga kompetensi guru di atas rata-rata tidak seimbang dengan banyaknya siswa yang harus diajar di seluruh Indonesia, belum termasuk masih kosongnya pengajar di daerah-daerah terpencil.

"Bisa saja ilmuwan muda bibitnya ada di daerah terpencil, hanya saja belum terjamah oleh pengajar yang bagus dan mau ditempatkan di wilayah jauh," tambahnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mempercepat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada 2016. Menurut Kepala Pusat Penelitian Pendidikan (Kapupendik), Nizam, para siswa tidak akan melaksanakan UN seperti yang telah dilakukan tahun ini.

“UN tahun depan akan dipercepat waktunya,” ungkap Nizam melalui pesan singkat kepada wartawan, Kamis (28/5) malam. Rencananya, UN dilaksanakan pada Februari 2016.

Pemerintah memberikan kesempatan agar siswa yang nilainya kurang bisa memperbaiki. UN juga tidak lagi menjadi akhir atau penutup pembelajaran. UN hanya menjadi bahan evaluasi menjelang masa akhir pendidikan para siswa.

Kamis, 28 Mei 2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Ditjen Kebudayaan menyelenggarakan Lomba Penulisan Cerita Rakyat 2015. Kegiatan yang berlangsung sejak Mei-Oktober 2015 ini bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas bercerita di kalangan masyarakat dalam rangka melindungi kekayaan budaya.

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya.  Keberagaman suku dan adat istiadat membuat Indonesia menjadi negeri yang sangat unik dengan latar belakang yang menarik seperti cerita rakyat yang diyakini oleh masyarakat daerah asalnya, baik dalam jenis mite, legenda maupun dongeng.

Namun, saat ini cerita rakyat  kurang diminati oleh masyarakat. Banyaknya jenis cerita dari luar negeri membuat masyarakat, khususnya anak-anak beralih untuk meminati jenis cerita tersebut padahal cerita rakyat Indonesia sendiri selain juga memiliki banyak aspek pendidikan,  filosofi dan manfaat, orisionlitas dan khas budaya bangsa Indonesia.

Cerita rakyat  mengandung ajaran budi pekerti atau pesan yang mendidik. Melalui cerita rakyat  dapat dikembangkan sifat-sifat positif, misalnya menghormati orang tua, menghargai orang lain, kasih sayang, kejujuran, persahabatan, dan gotong royong. Dengan penyampaian yang mudah dan menarik diharapkan masyarakat terutama anak-anak sadar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Cerita rakyat tentunya memiliki kesan sejarah dan budaya yang kental sehingga melalui cerita rakyat  masyarakat khususnya anak-anak dapat mencintai dan mengenal budaya dan bangsa Indonesia.

Pendaftaran lomba penulisan cerita rakyat dibuka dari Juni hingga Agustus 2015. Dengan tema ‘Cerita Rakyat sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa’, peserta dapat menulis kembali cerita rakyat yang bersumber pada cerita rakyat Indonesia dengan versinya sendiri baik dalam jenis mite, legenda, maupun dongeng. Ada dua kategori yang dilombakan, yaitu cerita rakyat untuk anak dan cerita rakyat untuk umum.

Setiap naskah yang dikirimkan wajib karya orisinil perorangan yang belum pernah dipublikasikan dimanapun dan bersumber pada cerita rakyat Indonesia. Cerita rakyat ini diharapkan merupakan cerita yang belum banyak digali di masyarakat. Setiap peserta bisa mengirimkan satu judul naskah dengan panjang 10.000-15.000 karakter (10-15 halaman) tanpa gambar atau ilustrasi. Judul setiap cerita yang dibuat bebas dan tidak mengandung SARA, pornografi, dan kekerasan.

Setiap naskah dan identitas penulis (KTP/Kartu Pelajar) dapat dikirim dalam bentuk softcopy ke panitia lomba ke alamat email kekayaanbudaya@gmail.com atau hardcopy ke alamat: Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai 10. Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat. Telepon: (021) 5725047/5725564. Peserta juga dapat mem-follow akun twitter @budayasaya dan fanspage FB kebudayaanindonesia.

Bagi pemenang lomba disiapkan hadiah menarik berupa uang tunai mulai dari Rp5.000.000 – Rp30.000.000. Selain itu juga disediakan hadiah hiburan untuk enam orang masing-masing Rp2.000.000.  Melalui lomba ini Kemendikbud berharap dapat mendokumentasikan cerita-cerita rakyat yang dimiliki Indonesia dan menanamkan nilai-nilai budaya sehingga dapat teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Rabu, 27 Mei 2015

Jawa Tengah kembali meraih predikat sebagai Juara Umum Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2015 yang diselenggarakan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 18-24 Mei 2015. Kontingen Jawa Tengah berhasil mengumpulkan 24 medali emas, 26 perak, dan 34 perunggu.
Kemenangan Jawa Tengah sebagai juara umum tahun ini merupakan gelar keempat. Sebelumnya, provinsi ini menjadi juara umum berturut-turut pada  OSN X 2011 (Manado, Sulawesi Utara), OSN XI 2012 (DKI Jakarta), dan OSN XII 2013 (Bandung, Jawa Barat).
Untuk melihat daftar pemenang dan rekap perolehan medali, silahkan menuju link berikut